Rabu, 13 Mei 2015

Resensi atas Resensi Film PK (2014)

Menurut sebuah proyek ensiklopedia multibahasa yang dirilis oleh "Jimbo" dan temannya yang menulis tesis berjudul "Metode-metode Descartes dan latar belakang teori mereka" (2000), Resensi sekurang-kurangnya mempunyai empat manfaat yakni (1) sebagai bahan pertimbangan (2) mempunyai nilai ekonomis (3) sarana promosi buku, dan (4) pengembangan Kreativitas.

Dari ke-4 (empat) manfaat tersebut, secara terus terang, bagi saya manfaat ke (1) dan ke (4) lah yang begitu dominan. PK; sebuah film komedi satir india yang dirilis tanggal 19 Desember 2014 lalu tampak seksi ketika diresensi oleh Gunawan Raharja dalam Harian Kompas Edisi Selasa, 12 Mei 2015.

Gunawan Raharja kembali melecut semangat saya untuk segera menyaksikan PK, setelah sebelumnya Goenawan Mohamad dalam Majalah Tempo Edisi Senin, 2 Februari 2015 memberikan energi serupa.

Jika diselisik, ada perbedaan sajian yang dihidangkan "Salah Sambung" Gunawan Raharja dengan "Salah Nomor" Goenawan Mohamad.

Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana sudut pandang keduanya dalam melihat sosok Tapasvi Maharaj (diperankan oleh Saurabh Shukla).

Saya kutipkan disini versi Gunawan Raharja:
"........ Bagiamana PK bertemu dengan tokoh agama bernama Tapasvi-Ji yang menjadi pusat konflik film ini, beradu pendapat tidak untuk mencari siapa yang benar, tetapi demi mengedepankan berbagai pertanyaan sekaligus jawaban yang menarik. PK memberi istilah salah sambung terhadap berbagai interpertasi eksistensi Tuhan. Menurut dia, agama dan Tuhan tergantung kepada siapa yang menginterpertasikannya, dalam hal ini para tokoh agama."
Sementara versi Goenawan Mohamad:
"...... Manusia di dunia mencoba mengontak yang ilahi, tapi itu seperti seseorang yang menelpon dan tersambung pada nomor yang salah dan mendapat jawaban yang bukan dari Tuhan sendiri.
"Salah Nomor" adalah sindiran film ini kepada agama-agama. Dibalik nomor yang salah itu yang bersuara adalah kehausan manusia akan kuasa. Personifikasinya adalah seseorang yang diagung-agungkan sebagai aulia besar, Tapasvi Maharaj. Orang bertubuh tambun dan tinggi ini dengan efektif mempertontonkan wibawa. Ia mengeluarkan fatwa dan petunjuk yang diyakini umat, meskipun menyesatkan. Umat takut, mereka cemas, dan dengan mudah mempercayainya. Juga ketika fatwa itu tak adil, atau menimbulkan penderitaan, atau meminta orang mempersembahkan segalanya untuk kemegahan sang pemberi sabda."
Dari dua sudut pandang diatas, terlihat bahwa Gunawan Raharja lebih mengedepankan "tepo seliro"; sebuah nasihat jawa yang kurang lebih dapat diartikan sebagai menenggang perasaan orang lain yang mewujud kepada keharmonisan atau dengan kata lain menghindari ketidaksepakatan dan -dalam bahasa Gunawan Raharja sendiri- Friksi. Sementara Goenawan Mohamad dengan gamblang tidak menjaga jarak untuk tidak sepakat terhadap sang aulia besar.

Bagaimana sudut pandang saya sendiri atas Tapasvi Maharaj? Seperti yang sudah-sudah saya akan menuliskannya ketika PK telah berhasil saya tamatkan.

Namun sebelum itu ada sebuah informasi menarik dari Gunawan Raharja; Pasangan William Bradley Pitt (51 tahun) dan Angelina Jolie Voight (39 tahun) rupa-rupanya mengadopsi tiga anak dari tiga negara yang berbeda yakni Vietnam, Kamboja dan Etiopia sehingga total mereka mempunyai enam anak. Dan Brad Pitt mengatakan:  

"Anak-anak (kandung)* saya akan tumbuh menjadi manusia yang paling mengerti tentang siapa dirinya, bagaimana isi dunia dan beragam agama yang ada" - People, September 2014.


Kepustakaan:
  • PK dan Menertawakan Keberagaman, Gunawan Raharja, Harian Kompas Edisi Selasa, 12 Mei 2015
  • Pi-Kai, Goenawan Mohamad, Majalah Tempo Edisi Senin, 2 Februari 2015.

Catatan:
* Kata dalam kurung dari saya 

 

,Film PK memberikan keleluasaan wacana di antara berbagai persoalan keberagaman agama di India. Bagaimana PK bertemu dengan tokoh agama bernama Tapasvi-Ji (yang diperankan oleh Saurabh Shukla) yang menjadi pusat konflik film ini, beradu pendapat tidak untuk mencari siapa yang benar, tetapi demi mengedepankan berbagai pertanyaan sekaligus jawaban yang menarik. PK memberi istilah salah sambung terhadap berbagai interpertasi eksistensi Tuhan. Menurut dia, agama dan Tuhan tergantung kepada siapa yang menginterpertasikannya, dalam hal ini para tokoh agama.

Copy and WIN : http://ow.ly/KNIC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar