Rabu, 29 Juni 2016

The Big Short (2015)

Bukan di sebuah meja Cocobolo, di setelan jas Jep Gambardella, atau bahkan mungkin diatas kapal perang, tapi percakapan dengan hulu ledak acapkali terkokang pada bar dan aspal dimana kebenaran seperti puisi dan kebanyakan orang tidak menyukai puisi. Satu sabda diantara sekian sabda Adam McKay dalam The Big Short (2015) yang diangkat dari buku non-fiksi sosiolog Michael Lewis terbitan 15 Maret 2010.

Dengan garang, McKay menampilkan Mark Baum (diperankan Steve Carell), Ben Rickert (Brad Pitt) serta Michael Burry (Christian Bale) sebagai sosok-sosok yang harusnya punya hak penuh mengatakan "sudah aku bilang kan" pada siapapun ketika krisis Kredit Perumahan Rakyat mengguncang ekonomi Amerika dan lantas Dunia pada 2007-2008 lalu.

Saya yang tak hidup di Amerika dan tak memahami mortgage-backed securities, collateralized debt obligations, atau singliyone tertegun menyaksikan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) mempunyai dampak serupa dengan Schutzstaffel (SS) Nazi Heinrich Himmler. Perbedaannya, jika SS dibagi dalam sayap politis Allgemeine dan sayap militer Waffen, maka KPR yang menggiring sistemik kearah Kredit Tanpa Agunan (KTA) terbagi kedalam sistem anuitas yang membuat pembayaran bunga lebih besar daripada pokok utang, pembebanan pada debitur biaya notaris yang dipilih bank, hingga penjelasan klausul kontrak yang dilakukan saat akad kredit bukan saat penawaran kredit.

Tentu saja Lewis juga Mckay saya kira tak membaca hasil Rakornas MUI 2003 yang memutuskan semua transaksi yang berjalan atas dasar sistem bunga, sudah memenuhi unsur-unsur riba yang diharamkan. Namun The Big Short (2015) yang menuturkan bagaimana dunia perbankan bekerja tampak berkelindan dengan hasil rakornas itu meski dalam domain yang berlainan.

Samuel Langhorne Clemens yang lebih dikenal dengan nama pena Mark Twain menulis "bukan yang tak kau ketahui yang membuatmu dalam kesulitan, namun yang tak kau ketahui pastilah yang membuatmu dalam kesulitan."

Demikian.

Minggu, 26 Juni 2016

Birdman (2014)

"Ketika aku pergi, dia meminum racun tikus" ucap Terri, dia mendekap lengannya dengan tangannya. "mereka membawanya ke sebuah rumah sakit di Santa Fe. Disana tempat kami tinggal saat itu, sekitar sepuluh mil jauhnya. Mereka menyelamatkan nyawanya. Tapi gusinya jadi rusak karenanya."

Nukilan dialog diatas adalah bentuk kekurangutuhan lainnya dari cerita pendek What We Talk About When We Talk About Love (1981) karya Raymond Carver. Cerpen yang menarasikan ulang tentang kegaduhan bagaimana idealnya menafsir cinta (Logika lewat tokohnya; Mel McGinnis atau Emosi melalui tokoh Terri Teresa) sembari ditemani es batu, Gin dan air tonik. Cerita khas Amerika dengan jalan cerita sederhana lagi manusiawi yang menjadi ganjil dan sesak tantangan ketika diadaptasi oleh Alejandro Gonzales Inarritu kedalam komedi gelap Birdman (2014) dimana Riggan Thomson (diperankan Micahael Keaton) menembak hidungnya sendiri.

Darah tertumpah secara harfiah dan metaforis dari artis juga penonton. Darah asli yang telah lama hilang dari nadi teater Amerika tulis Tabitha Tabby Dickinson dalam Kebaikan Tak Terduga dari Ketidaktahuan, sebuah ulasan 500 kata yang ditulis Tabby di Koran Times sebagai apresiasi atas Riggan.

Diceritakan Alejandro, mantan aktor superhero birdman; Riggan Thomson terjatuh dalam pementasan drama dengan ocehan-ocehan filosofis. Bamm! Sebuah benturan kebudayaan, dari perjuangan menyelamatkan umat manusia kedalam situasi normal sehari-hari disebuah meja makan. Jika kita pada umumnya akan sulit istinja pagi hari, Riggan justru melompat dari jendela rumah sakit untuk meninggalkan kesuksesan.

Kesimpulan memang telah diambil, tapi keganjilan-keganjilan laku di sisa hidup Riggan adalah sebuah keseksian belaka.

Minggu, 22 Mei 2016

Yunus dan Nisfu Sya'ban

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim," (Q.S. Al Anbiyaa’: 87)

Terlahir yatim di Palestina sejak dalam kandungan, Yunus bin Matta keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim (820-750 SM) kemudian kondang dengan julukan Dzu al-Nun (ditelan oleh Nun/Paus) dan Sahib al-Hut (orang yang berada dalam perut ikan). Diutus ke Ninawa (kini Mosul, Irak) yang saat itu penduduknya "buta tuli" lagi penyembah berhala, setelah 30 tahun bersama dakwah yang menguap, Yunus yang hilang kesabaran lalu memutuskan pergi dari Ninawa dengan menggunakan kapal untuk kemudian terjadi apa yang direkam oleh Surah Al Anbiyaa diatas.

Selanjutnya saya tak ingin larut dalam ragam pendapat mengenai berapa lama Yunus ditelan Paus (40 hari menurut Ibnu Hatim atau 7 hari menurut Ja’far Ash-Shadiq), lebih cantik tampaknya menikmati kopi sambil menyigi pesan moral kisah Yunus melalui skripsi Nur Laeli (2014). Diajukan guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam pada Prodi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, skripsi yang sebagian besar analisis nya merujuk pada Tafsir al-Azhar Buya Hamka dan Tafsir al-Mishbah Quraish Shihab ini menghasilkan tiga kesimpulan pokok yakni keharusan sabar, optimis atas pertolongan Allah dan pentingnya taubat.

Selain Yunus yang menumpang Kapal dari pelabuhan bernama Jafa, memerlukan penekanan juga bahwa peristiwa yang dialami Nabi Yunus secara hukum alam tidak mustahil terjadi, atau mustahil hampir tidak pernah terjadi. Mustahil ada dua macam: (1) mustahil menurut akal seperti "anak lahir sebelum bapaknya," (2) mustahil menurut kebiasaan seperti "peristiwa Nabi Yunus ditelan Paus," kemungkinan paus laut tengah ini bergigi atau tidak bergigi dengan panjang mencapai 20 meter.

Jadi dapat dikatakan bahwa peristiwa Yunus adalah peristiwa yang secara faktual benar terjadi, keteladanan Yunus adalah kemampuan untuk mengakui kesalahan yang tercermin dalam doa: "bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim" (Q.S. Al Anbiyaa’: 87).

Memang mengenai kuantitas doa Yunus yang kerap dibaca sebanyak 2.375 kali pada malam Nisfu Sya’ban sedang saya tweetkan pada Mustofa Bisri dan menantunya: Ulil Abshar-Abdalla, namun mengenai kualitas hadis-hadis keutamaan malam Nisfu Sya’ban dalam kitab Fadhail al-Awqaat karangan Imam Baihaqi telah ditelaah oleh Dwi Aprinita Lestari melalui skripsinya (2010) dengan hasil penilitian hadis bisa dipertanggungjawabkan dan sahih.

Memang, merayakan malam Nisfu Syaban bisa dalam berbagai wajah dan saya memilih untuk belajar mengetahui latar belakang.

*Kepustakaan
(1) Al Qur'an terjemahan Kementerian Agama, Jakarta 1971
(2) Sahabuddin, Ensiklopedi Al Qur'an: Kajian Kosakata, Jakarta 2007
(3) Nur Laeli, Skripsi Pesan Moral Kisah Nabi Yunus menurut Mufasir Modern Indonesia, Jakarta 2014
(4) Dwi Aprinata Lestari, Skripsi Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya Imam Baihaqi, Jakarta 2010.

Minggu, 15 Mei 2016

Her (2013)

"Manusia menubuh dengan alat-alat teknologi" kata Don Ihde yang mengaku dipengaruhi oleh Heidegger dan Merleau-Ponty. Saya tak tahu persis apakah Spike Jonze juga ikut terpengaruh oleh Filsuf Jerman dan Perancis itu, tapi Her menceritakan kisah asmara tak lazim antara Theodore Twombly (diperankan Joaquin Phoenix) dengan sistem operasi komputer bernama Samantha (suara Scarlett Johansson).

Ini sama sekali tak ada hubungannya dengan orang indo yang pada zaman Hindia-Belanda sangat menderita tapi sekarang laris manis membintangi sinetron, namun bentuk kegilaan lain yang diterima secara sosial adalah orang bisa memutuskan turut campur dalam urusan orang lain -meski tak saling mengenal- hanya sebab bersemangat mendengar kisah. Dan itu terjadi pada Isabella (Portia Doubleday) yang bersedia menjadi tubuh fisik Samantha agar mampu "bersenang-senang" dengan Theo.

"Telanjangi aku dan katakan kau mencintaiku" kata Samantha dengan peragaan canggung Isabella, Theo menjawab "Aku mencintaimu, tapi... ini terasa aneh."

Kesadaran Theo adalah sebentuk pengendalian emosi nyata atas yang nyata tapi tidak menubuh. Saya tidak gunakan maya sebab oleh Hubert Dreyfus dikatakan tidak tepat jika "yang maya" merupakan lawan dari "yang nyata," karena yang maya juga nyata dengan kehadiran yang tidak menubuh.

Meski Surat Filipi 3:21 memandang tubuh sebagai sesuatu yang hina, namun bagi Merleau-Ponty melalui tubuhlah manusia mempersepsi dunia. Sederhananya kita bisa mempersepsi torabika cappuccino, tong sampah atau Zlatan Ibrahimovic melalui tubuh dan karenanya kita mengada di dunia, jadi Samantha bisa dikatakan mengada hanya pada world wide web.

Sebab itu Theo mengalami situasi pengisoasian total dari diri dan lingkungannya sendiri. Situasi yang terjadi akibat duplikasi mengatasi keterbatasan relasi manusia. Saya tak mengatakan Instagram, Skype atau Facebook mengasingkan pemilik akunnya sendiri, tapi jejaring-jejaring sosial jika tak disiati tanpa disadari dapat menghilangkan identitas dasar manusia.

Disinilah Her menjadi satire bernas yang mengganggu dan karenanya saya kira tesis Don Ihde menjadi keliru, sebab Theodore justru kehilangan kemenubuhannya dengan alat-alat teknologi.

Maurice Marleau-Ponty, sekarang kamu ada ditangan yang tepat.

Jumat, 13 Mei 2016

Vikings (2013)

Melihat logo H kuning terpampang dibagian bawah sebelah kiri poster filmnya, saya sudah yakin akan menyukai Vikings, film seri garapan Michael Hirst ini tak hanya mengenalkan siapa Ragnar Lodbrok (diperankan Travis Fimmel mirip Brad Pitt), tapi juga kata Kamis –"Thursday" dalam inggris- diambil dari nama "Thor" Putra Odin dalam Mitologi Nordik.

"Thor memukulkan palunya" kata Floki (Gustaf Skarsgard) dalam sebuah pelayaran bersejarah menuju barat. "Aku mengerti kenapa dia marah dan harus menenggelamkan kapal kita, tak mengertikah kalian? Dia sedang merayakan."

Saya kira Floki salah, bukan Thor tapi Ragnar Lodbrok dan mungkin Floki sendiri yang justru berpesta. Sebab Ragnar memakukan mandiri mimpinya pada daratan yang disebut Inggris setelah sebelumnya bersama Earl Haraldson (Gabriel Byrne) selalu berlayar ke timur (Rusia) yang sama miskinnya dengan Skandinavia.

Ragnar Lodbrok membumikan konsep "penolakan agung" Herbert Marcuse, membangkang Negara yang dalam hal ini diwakili Earl Haraldson. Wrath of the Northmen setelah sebelumnya didahului episode Rites of Passage adalah penolakan heroik seseorang untuk ikut dalam sistem dengan menolak menikmati sekian kenyamanan yang tak perlu.

Tapi dua episode awal dari sembilan episode pada season satu Vikings tak hanya berbicara itu, ada yang lebih menarik dan karenanya klise yakni ketika Ragnar setibanya di daratan Inggris menjarah biara dan berkata pada seorang pendeta "dari semua harta yang kulihat ditempat ini kenapa kau memilih untuk menyelamatkan ini?" Pendeta itu menjawab "karena tanpa kalimat Tuhan hanya ada kegelapan" sambil memeluk kitab suci. Pendeta itu benar saya rasa, namun terlupa bahwa kalimat membutuhkan interpretasi, dan interpretasi selalu menimbulkan hegemoni yang tak jarang berujung pada totalitarianisme. Penyumbatan radikal ruang publik oleh ruang privat itu justru bisa saja mencikal kebrutalan.

Sementara Ragnor bertanya jawab, Floki diruang lain baru sekali melihat benda bernama kertas. Decak kagum Floki melihat kertas terbakar bagi saya dapat dibaca sebagai ketertinggalan Skandinavia atau juga sebagai kemajuan Inggris. Ekspansi Nordik berupaya menerabas belukar budaya itu, tapi tetap saja terus terang saya gagal melihat keterkaitan nilai falsafah Janteloven dengan maskulinitas Viking.

Ragnar Lodbrock memang bukan Dennis Rommedahl yang enggan terkenal, dan episode-episode Vikings selanjutnya; Dispossessed s.d. All Change adalah rentetan akting buruk tanpa pesan seksi. Jadi, jika tak ingin rugi maka abaikan kata-kata paling awal saya dengan berhenti melihat film mitologi.

Sabtu, 07 Mei 2016

Narcos (2015)

Saya tahu persis bahwa Chris Brancato dan dua orang temannya tidak mampu menubuatkan masa depan, tapi melihat isi surat saya untuk Vince (2016) dan memulai Narcos (2015) dengan kudeta 73 Jenderal Pinochet terhadap Kamerad Allende adalah sebuah kebetulan, kebetulan dari kontingensi yang patut dirayakan.

Narcos sendiri adalah narasi kebesaran Pablo Escobar dengan tidak mengerdilkan korban yang bertitik pijak pada meleset nya peluru regu tembak Pinochet atas Mateo "cockroach" Morena dalam operasi penutupan 33 laboratarium dan penangkapan 346 penjual narkoba di Chili.

Cockroach tak hanya tak mati, tapi ia memenangkan lotere; sendirian dengan kokain. Petuah mengenai kokain, "seekor tikus akan memilih kokain ketimbang makanan dan minuman, ia akan memilih kokain ketimbang tidur, ketimbang seks bahkan ketimbang hidup. Dan otak manusia tidaklah sama seperti hewan pengerat kecuali mengenai kokain."

Cockroach, ia hanya perlu mendapat pasar yang tepat dan pasar yang tepat dapat dimulai dari Medellin, Kolombia. Ditemukan tahun 1616 oleh Francisco Herrera dan Don Campuzano, Medellin 1980 sampai 1990 merupakan kota perdagangan narkoba lintas Negara dibawah naungan kartel kolektif kolegial; tiga Ochoa Bersaudara, Jose Gacha, Carlos Lehder, Gustavo Gaviria dan Pablo Escobar.

Ada yang menarik dari Carlos Lehder, memulai karirnya sebagai pengedar mobil curian dan ganja, Lehder yang menggilai John Lennon serta Adolf Hitler kemudian menerbangkan kokain sejauh 340 Km dengan cara yang berbeda dari Ikarus. Jika Ikarus terbang dengan sayap berbahan bulu dan lilin, Lehder menggunakan pesawat. Bersama Escobar ia melelehkan mimpinya sendiri karena terlalu dekat dengan matahari.

Saya kira, itu yang ditonjolkan Chris Brancato dan dua orang temannya dalam Narcos. Pablo Escobar yang kesulitan mengendalikan mimpinya karena terlahir dan besar di Kolombia. Imam Muslim bin al-Hajjaj meriwayatkan dalam nomor 1738 "…tidak akan ada yang bisa memenuhi mulut anak adam kecuali tanah," Pablo yang pernah membakar tumpukan uang 20 miliar agar tubuh putrinya tetap hangat, mempunyai pedang Simon Bolivar dan tak pernah mengikat tali sepatunya kemudian memutuskan terjun kedunia politik dan menjadi anggota kongres Kolombia untuk dikeluarkan kembali oleh Rodrigo Lara Bonilla.

Dalam La Gran Mentira, Episode ke-Delapan dari total 10 Episode Narcos. Jurnalis Kolombia Diana Turbay Quintero bertanya pada Pablo; "Lalu apa yang kau inginkan?" Pablo menjawab "Aku ingin dihormati." Kisah Diana Turbay sendiri kemudian diceritakan kembali oleh Gabriel Garcia Marquez dalam News of a Kidnapping (1999).

"Dihormati" seperti apa maksud Pablo saya tak tahu, tapi Pablo berkata "…jika memang aku berubah jahat, …itu karena para oligarki yang tak akan membiarkan seorang paisa dari Madellin lebih kaya dan lebih pintar dari mereka." Alhasil, dengan bantuan Efram Gonzales; Pejuang ETA yang hendak memerdekakan Basque dari Spanyol, Pablo pada November 1989 meledakkan pesawat Boeing 727 milik maskapai Avianca untuk membunuh Capres Cesar Gaviria.


Tak mudah memetakan Pablo sebagai protagonis atau antagonis, tapi pertanyaan Sebastian Marroquin (dulu bernama Juan Pablo Escobar) setidaknya berusaha menggambarkan itu; "Bagaimana caranya menulis surat bagi keluarga yang pernah disakiti ayah Anda?"

Kamis, 05 Mei 2016

Surat Terbuka untuk Vince Gilligan

Abaikan sejenak Permendagri 54 tahun 2009 karena saya tidak akan menulis surat dengan tata letak dan redaksioanal macam model naskah dinas yang diseragamkan untuk Pemerintah Daerah. Surat saya ditulis dengan terbuka sebagai wajah lain dari Talking Saul (2016- ) atau Talking Bad (2013- ) yang ditayangkan untuk mendiskusikan episode-episode Better Call Saul (2015-2016) maupun Breaking Bad (2008-2013).

aMC yang pada debut awal 1984 hingga 2002 fokus pada pengudaraan maraton film-film klasik, atas dasar konsumen kemudian melakukan rebranding, mengganti logo perusahaan, masuk kesemua area film, dan kini membuat slogan "Story Matters Here" (2009-2013) atau "Something More" (2013- ).

Slogan-slogan yang tersiar dari Amerika sampai Afrika Selatan itulah yang kemudian mengorbitkan Saul Goodman, Heisenberg, Jesse Pinkman sampai kawan kita; George Vincent Gilligan Jr.

**
Selamat pagi Vince, saya berharap kumismu tetap disitu.

Langkah cadas menelurkan Better Call Saul setelah berhenti dengan tepat mengisahkan Heisenberg. 6 (enam) tahun sebelum kejadian Breaking Bad, Waw. Transisi sempurna teaser-teaser ganas menjadi konflik pribadi McGill bersaudara.

Saya tak menduga jalan ceritanya masih menyisakan tanya. Sampai selesai season ke-dua; 18 April 2016, "Better Call Saul" masih angin lalu malu-malu dibawah bayang "Give me Jimmy," yang saya maksudkan gamblangnya; kapan Jimmy McGill menjadi Saul Goodman? Ya, persis disitu.

Disini saya tak tahu harus menggunakan Saul atau Jimmy untuk menulis bagian-bagian selanjutnya, namun langkah bijaknya saya kira saya akan menggunakan Bob Odenkirk bukan Kevin Costner sebagai pemeran dari tokoh dengan identitas Saul Goddman di Breaking Bad atau Jimmy McGill di Better Call Saul.

Better Call Saul memang sudah memberikan latar belakang kenapa Bob menjadi "pengacara" dengan tanda kutip dalam Breaking Bad. "…didunia ini hanya ada dua manusia; domba dan serigala" kata seorang pelanggan yang mampir ditoko ayahnya, dan Bob memilih untuk tak menjadi ayahnya, ia memilih menjadi manusia jenis kedua seperti umumnya manusia. Tapi tak cukup hanya sampai disitu Vince, juga tak cukup dengan menuliskan "sg was here" didinding sebuah ruangan Café, ada hutang yang harus dilunasi ketika kamu lebih memilih Bob ketimbang Hank Schrader atau Gustavo Fring.

Tidak seperti saya, saya berharap kamu sudah pernah menikmati kopi Guetemala Vince. Satu diantara harapan saya selain kamu menulis kembali 7 (tujuh) atau 11 (sebelas) tahun kejadian sebelum Better Call Saul. Ntahlah dengan tempo waktunya itu, tapi kamu harus memilih Ernesto, ya Ernie si pegawai HHM yang merawat Chuck McGill saudara Jimmy.

Mari memulai bahwa sejarah bukan hanya narasi milik orang-orang besar seperti Kim Wexler, Chuck, atau Mike Ehrmantraut tapi juga punya Ernie Ernesto, Tuco Salamanca, Marco Pasternak atau bahkan Dr. Cruz bila kamu ingin mengaitkannya dengan sumpah Hippokrates 400 tahun sebelum masehi lalu.

Tapi saran saya, tetaplah pada Ernesto. Karena selain Brandon K. Hampton (pemeran Ernesto) bahkan belum masuk dalam ranah Wikipedia, Ernesto terlihat seperti anak Gustavo Fring. Jadi kamu bisa memulainya dengan kudeta Augusto Pinochet terhadap Salvador "Marxis" Allende tahun 1973.

Ernesto berhasil keluar dari Junta Militer Chili (1973-1990) untuk kemudian berpisah jalan dengan ayahnya dan lantas menanggalkan nama belakang Fring. Gustavo Fring merintis rumah makan siap saji Los Pollos Hermanos, Ernesto (tanpa Fring) lantas belajar hukum sebagai bentuk dendam atas kebrutalan Jenderal Pinochet.


Semoga kau tak tuli Vince.

Sabtu, 30 April 2016

Breaking Bad All Season (2008-2013)

Seorang kawan berkata seluruh harinya menjadi muram ketika selesai menyaksikan Oldboy (2003), saya tak berkata ikut mengalami hal serupa, namun melihat bagaimana Walter White berkelahi dengan istrinya (Skyler White) didepan anak laki-lakinya (Walter White Junior) dimana diantara ketiganya ada seutas pisau dapur dan seribu prasangka adalah peristiwa yang mengunyah emosi.

Dalam keluarga ini, hanya ada kebohongan untuk menutupi kebohongan, "rumah gila" dalam bahasa adik Skyler (Marie Schrader), acuhkan sejenak pakem filsafat untuk rumah Jawa, karena rumah gila yang dimaksud Marie benar-benar gila dalam makna harfiahnya, bukan sekat-sekat pringgitan, krobongan atau pawon tapi kejeniusan Vince Gilligan dalam menyelesaikan narasi besar Breaking Bad (dengan dua "B" Kapital).

Begitu natural, begitu kekeluargaan.

Tidak ada tokoh yang benar-benar baik atau benar-benar jahat disini, semua serba berkekurangan; seperti manusia yang justru dari kekurangannya menjadi sempurna. Breaking Bad seperti Josep Guardiola yang memilih berhenti melatih Barcelona disaat yang tepat; 4 tahun untuk 14 trofi. 62 episod untuk serial televisi dengan rating tertinggi Guinnes World Records.

Lekat dalam ingatan, Breaking Bad adalah teaser-teaser ganas yang memprakondisikan dugaan-dugaan liar. Apa hubungan nya bocah pengendara trail pengumpul laba-laba gurun dengan Heisenberg legenda sabu.

Dalam sebuah artikel yang diposting marketing.co.id tanggal 12 Juli 2004 (saya akses 30 April 2016 pukul 20.05 wita), Pakubuwono Residence mengiklankan apartemen mewahnya di media cetak satu halaman penuh tanpa isi, sekali lagi tanpa isi selama dua hari berturut-turut. Jenis teaser yang lain saya kira, namun apapun itu saat ini agar tergelitik manusia cendrung menyukai informasi yang "tidak lengkap."


Benarlah, merayakan kehidupan tak jauh beda seperti melihat pertunjukan striptease.

Jumat, 29 April 2016

Breaking Bad Season 3 Episode Abiquiu (2010)

Saya ingin memulai tulisan ini tepat dimana saya memulai menuliskannya; disebuah penginapan islami didaerah Caracas, yang saya maksudkan disini tentu saja bukan Kota Caracas tempat diikrarkan kemerdekaan Venuzuela tahun 1811 lampau, tapi desa Caracas (Kecamatan Cilimus – Jawa Barat) yang menurut fiksi sejarahnya merupakan tempat ditemukannya tulang belulang ikan hidup bernama Caraca.

Sebelum itu, dalam sebuah bus Luragung Jaya Non AC rute Baranangsiang – Kertawangunan, Surat Kabar yang sempat dibredel dua kali (1965 dan 1978) memberitakan Samsudin (45 Tahun); mengayuh sepeda onthel selama 22 hari melewati Jakarta-Lampung-Bengkulu-Jambi untuk mendongeng Badak Jawa/Sumatera kepada siswa(i) sekolah-sekolah yang disinggahinya. Bagi saya, berita Samsudin lebih menggigit daripada berita Ali Gufron Mukti yang mempersilahkan 10% dosen asing mengajar di Tanah Air atau berita penegakan hukum adat Dayak hasil Rapat Damai Tumbang Anoi tahun 1894 pasal ke-16 tentang Singer Sahiring.

Sebelum itu lagi, Jane Margolis (diperankan Krysten Ritter) bersama Jesse Pinkman (Aaron Paul) menatap My Last Door (1954) dengan khidmat sampai Jesse berkata "Yo, kukira akan lihat vagina."

Georgia Totto O’Keeffe, lahir tahun 1887 di lingkungan petani Wisconsin, dikenal kemudian sebagai ibu modernisme Amerika sebab -meminjam istilah Jane- "melukis bermacam benda" tak terkecuali pintu.

"… dan mengapa ada orang melukis sebuah pintu, berulang-ulang kali?" Tanya Jesse.

Saya sampaikan ide dasar jawaban Jane: pencahayaan dan mood yang berbeda setiap kali melukis pintu yang sama menghasilkan pintu yang tak sama, O’Keeffe melihat sesuatu yang baru tiap kali melukis. Seperti hidup yang tak harus melihat matahari tenggelam hanya sekali, sebab dalam hidup selalu ada pengalaman berbeda disetiap pengulangannya dan persis disanalah kita berjuang. Layaknya ikan Caraca yang meski tinggal tulang tapi tetap terus menerus hidup.

Minggu, 10 April 2016

Catatan atas Breaking Bad; Pilot (2008) s.d. 4 Days Out (2009)

Dari total 17 epos yang telah saya nikmati, tak ada salahnya sama sekali saya pikir jika permenungan itu dituliskan. Sengaja saya gunakan "epos" karena bagi saya Walter "Walt" White (diperankan Bryan Cranston) adalah Pahlawan –dengan P Kapital- keluarga tanpa harus dijangkarkan pada Undang-Undang mengenai Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (20/2009).

Oleh sebab itu, Walt tak terikat pada "syarat umum" maupun "syarat khusus" sebagaimana disebut Pasal 24 UU 20/2009 yang terlampau mengawang-ngawang, tapi Walt adalah bentuk lain dari Januminro Bunsal; Laki-laki dayak yang dengan tenaga sendiri merestorasi hutan gambut sepetak demi sepetak, dengan kata lain manusia-manusia yang menerima dengan enggan predikat pahlawan –dengan p kecil-.

Walt besar kemungkinan juga tak pernah membaca Catatan Pinggir Goenawan Mohamad berjudul Einstein yang diposting Tempo.co 21 Maret 2016 lalu, namun Walt saya kira punya "pojok bual" nya sendiri yang tidak –atau belum- diperlihatkan Vince Gilligan; si pembuat Breaking Bad.

Secara sederhana, ide dasar dari Breaking Bad adalah perjuangan seorang guru kimia SMA yang terdiagnosa kangker paru-paru (Walter "Walt" White) untuk menjamin masa depan keuangan keluarganya dengan jalan memproduksi dan menjual kristal metamfetamin atau met yang di Indonesia dikenal sebagai sabu-sabu, yang harus saya garis bawahi, pentasbihan pahlawan untuk Walt dari saya bukan Walt sebagai aktor sabu (dengan identitas Heisenberg), melainkan Walt sebagai seorang pejuang yang semangatnya patut diteladani tapi tidak pada kemana semangat itu ditempatkan. Sebagai contoh untuk membingungkan, Imam al-Ghazali ath-Thusi dikatakan masuk surga bukan karena banyaknya karya-karya Tasawuf, Filsafat, Fiqih atau Logika yang ditulis namun disebabkan ketika menulis karya-karya itu al-Ghazali berhenti menulis karena membiarkan seekor lalat meminum tinta.

Saya tak punya keinginan untuk meneladani Heisenberg, karenanya saya berhenti untuk membincang sabu-sabu yang pertama kali dibuat Nagai Nagayoshi di Jepang tahun 1893, perbincangan seksi Breaking Bad justru sebagian besar ada dirumah Walt. Konflik keluarga adalah darah sekaligus daging.

Bagaimana Skyler White (diperankan Anna Gunn) yang mengandung harus memikirkan beban tagihan kemoterapi Walt yang sudah dibayar, kebohongan-kebohongan Walt, perilaku klepto adik perempuannya, sampai ejekan masyarakat atas anak laki-lakinya yang cacat adalah peristiwa-peristiwa yang begitu dekat, begitu mungkin terjadi dalam sebuah kehidupan. Skyler mewartakan menyerah bukan termasuk pilihan.

Saya akan ambil satu kasus, Skyler yang sedang mengandung merokok tiga setengah batang. Jadi ada Acrolein, Karbon Monoxida, Nikotin, Ammonia, Formic Acid, Formaldehyde, Tar, Methanol, Phenol lan koncone yang mlaku-mlaku dalam aliran darah Skyler yang juga jadi satu-satunya sumber nutrisi serta oksigen bayi dalam kandungannya.

Walt: "kau hamil, demi Tuhan"
Skyler: "tiga setengah rokok ...tak akan berpengaruh pada bayinya"
Walt: "tak akan, aku lega kau yakin Dokter"
Skyler; "tiga setengah, hanya itu. yang lain kubuang. Aku yakin kau senang mendengar ini, ya aku merasa malu."
Walt: "Skyler, ini sangatlah... ini tak sepertimu, mengapa?"
Skyler: "benarkah? bagaimana kau tahu?"

"Bagaimana kau tahu," ya bagaimana kau tahu maksud saya dan maksud perbincangan ini jika tak menyaksikan peristiwa-peristiwa dalam Breaking Bad sebelumnya. Sebab peristiwa tak pernah berdiri sendiri, sebab hidup dikontruksi 90% reaksi atas 10% aksi.

Demikian.

Kamis, 04 Februari 2016

"Just Business" Prison Break Season 4 Episode 14 (2008-2009)

Dari 43 menit waktu tayang, menit ke-9 adalah hulu ledak yang ingin saya bincangkan, tepat di menit itu "Just Bussiness" menjadi begitu sadis dan terasa akrab dengan sekitar, Robert Knepper berhadapan dengan eksistensinya sebagai Cole Pfeiifer atau sebagai Theodore Bagwell, dengan kata lain krisis identitas.

Ada baiknya menengok sejenak ke Tahun 1979 dimana Pionir Psikologi Sosial kelahiran Polandia, Henry Tajfel bersama John Turner mengembangkan teori yang berusaha melihat kondisi minimal manusia untuk mendiskriminasi manusia lainnya yang kemudian dikenal dengan Teori Identitas Sosial, saya tak menganjurkan untuk mengabaikan jenis-jenis identitas sosial namun proses identifikasi adalah ikhwal yang tak mati-mati. "Kita adalah tawanan dari identitas kita sendiri, hidup dipenjara ciptaan kita sendiri," ujar Knepper. Pengejaran atas identitas ini memiliki konsekuensi (1) manusia menjadi terlampau ambisius, homo homini lupus dan mendangkal, (2) oleh sebab tak tergapai, manusia membentuk identitas identitas baru nan palsu yang sekarang tampak memaku dalam media sosial. Dalam bahasa teolog Denmark; Soren Kierkegaard, konsekuensi kedua dapat disebut sebagai "absen dari diri sendiri." Sebagaimana ditelaah Karlina Supelli dalam Jurnal Filsafat Driyarkara No. 3 Tahun 2013, kesibukan orang dalam media sosial merupakan bentuk pantulan pelarian dari kesekarangan. Semakin berbondong domba-domba sesat memproklamirkan identitas, semakin berbondong pula wajah gembala. Manis dusta membentuk tatanan masyarakat dimana "pembangkangan agung" individu dianggap aib lagi kadaluarsa.

Yang lebih unik, identitas kemudian didigitkan, tepatnya 16 (enam belas) digit, 2 digit kode provinsi, 2 digit lagi kode kabupaten, 2 digit kode kecamatan, 6 digit tanggal dan tahun lahir, dan 2 digit terahir sebagi nomor urut. Lantas, Kita kenal kemudian sebagi Nomor Induk Kependudukan tapi saya kenal sebagai kolektifikasi pemiskinan individu yang saya dukung sebagai sebuah struktur sistem dengan kritik sana sini.

Kecurigaan saya atas rasa hormat berlebih terhadap Robert Knepper pun terjawab, Knepper lebih memilih "membangkang sendirian," bagaimana tidak, menjadi Cole Pfeiifer dengan identitas "tipe pria terhormat" pasti amat menggiurkan, direktur penjualan bagian utara, tinggal diapartemen mewah dan lain-lainnya, tapi Knepper justru tetap memilih menjadi Theodore Bagwell, narapidana psiko yang menanggung dosa moral sejak lahir. "Persetan dengan itu, kita adalah siapa kita" ucapnya. dan saya rasa tulisan ini masih jauh dari selesai...