Nukilan
dialog diatas adalah bentuk kekurangutuhan lainnya dari cerita pendek What We
Talk About When We Talk About Love (1981) karya Raymond Carver. Cerpen yang
menarasikan ulang tentang kegaduhan bagaimana idealnya menafsir cinta (Logika
lewat tokohnya; Mel McGinnis atau Emosi melalui tokoh Terri Teresa) sembari
ditemani es batu, Gin dan air tonik. Cerita khas Amerika dengan jalan cerita
sederhana lagi manusiawi yang menjadi ganjil dan sesak tantangan ketika
diadaptasi oleh Alejandro Gonzales Inarritu kedalam komedi gelap Birdman (2014)
dimana Riggan Thomson (diperankan Micahael Keaton) menembak hidungnya sendiri.
Darah tertumpah secara harfiah dan
metaforis dari artis juga penonton. Darah asli yang telah lama hilang dari nadi
teater Amerika tulis Tabitha Tabby Dickinson dalam Kebaikan
Tak Terduga dari Ketidaktahuan, sebuah ulasan 500 kata yang ditulis Tabby di
Koran Times sebagai apresiasi atas Riggan.
Diceritakan
Alejandro, mantan aktor superhero birdman; Riggan Thomson terjatuh dalam
pementasan drama dengan ocehan-ocehan filosofis. Bamm! Sebuah benturan
kebudayaan, dari perjuangan menyelamatkan umat manusia kedalam situasi normal
sehari-hari disebuah meja makan. Jika kita pada umumnya akan sulit istinja pagi
hari, Riggan justru melompat dari jendela rumah sakit untuk meninggalkan
kesuksesan.
Kesimpulan memang telah diambil, tapi keganjilan-keganjilan laku di sisa hidup Riggan adalah sebuah keseksian belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar