Resensi
ini ditulis tepat setelah running text TVRI memberitakan satu pengendara Go-Jek
ditusuk tukang parker di Kawasan Sunter Mall Jakarta atau persis setelah tadi
siang Indonesia menyelesaikan hajat demokrasinya melalui Pilkada serentak.
Dengan
alat peraga seadanya, tanpa perangkat lunak pengolah kata terbitan 1983 (Office
Word) dan koneksi internet stabil. Mommy (2014) coba ditulis. Dirilis pada
pertengahan September 2014, film garapan sutradara muda Kanada kelahiran 1989;
Xavier Dolan-Tadros ini menuturkan kisah bagaimana ketangguhan seorang Ibu yang
ditinggal mati suami (Diane Despres) membesarkan anak laki-laki (Steve Despres)
pengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan perkembangan
aktivitas motorik yang menyebabkan anak-anak berbuat tidak lazim, meletup-letup
dan berlebihan.
Sebuah
plot cerita sederhana sebenarnya yang bahkan membuat Wikipedia memberikan porsi
lebih besar untuk bagian nominasi dan penghargaannya ketimbang bagian plot
cerita itu sendiri. Prix du Jury Cannes 2014, Best Foreign Film Cesar Awards
ke-40, Best Film Jutra Award ke-17 dan banyak penghargaan lain yang tidak saya
tulis.
Sederet
penghargaan yang mungkin tidak diketahui oleh Juru Parkir Sunter Mall itu justru
anehnya secara ajaib membawa saya pada pengetahuan bahwa penyebab telak Pilkada
serentak tahun ini tidak seganas Pilkada sebelumnya adalah dampak dari pemberlakuan
Undang-Undang 8 Tahun 2015 dimana pada Pasal 65 ayat (2) UU Pilkada ini
disebutkan bahwa "kampanye difasilitasi oleh KPU dan didanai oleh APBD," berbeda radikal
dengan kampanye sebelumnya dimana dana kampanye didanai oleh pasangan calon. Meski
sama sekali tak berpangaruh pada saya atau Xavier Dolan, namun pengalihan
sumber dana kampanye ini membuat adanya batas modal yang menyebabkan tidak
terpublikasinya pasangan calon atau tidak lagi -meminjam bahasa Goenawan
Mohamad- seperti monyet dalam iklan kartu
XL.
Iklan
memang selamanya menarik, setengah kebodohan dan penyebab hilangnya kefokusan
pada Mommy (2014), tapi saya tak gentar, iklan yang membuat kita membeli barang
yang tak kita butuhkan itu bisa saja bukan penyebab tunggal pengemudi Go-Jek
mengalami luka tusuk dan sayat di paha sebelah kiri, tetapi iklan jelas
bertanggung jawab pada perilaku Diane yang mengejek dirinya sendiri dengan
mengucap "pakaianku seperti sarapan anjing."
Diane "Die" Despres (diperankan Anne Dorval), wanita dengan takdir sejuta masalah itu
meski menggunakan lidahnya secara serampangan dan mengindahkan salah satu anjuran
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, Diane menjalani hidupnya sebagaimana
seharusnya hidup.
Menjelang
bagian akhir Mommy (2014), Diane berkata pada Kyla (diperankan Suzanne
Clement), "… Kau tahu Kyla, aku
mengirimnya kesana karena aku punya harapan. Aku penuh dengan harapan, paham?
Dunia ini memang tidak memiliki ribuan harapan. Tapi aku ingin menganggap bahwa
dunia ini penuh dengan orang yang penuh harapan setiap harinya. Sebaiknya begitu,
karena orang yang penuh harapanlah yang bisa merubah sesuatu. Dunia yang penuh
harapan dengan orang-orang tanpa harapan itu tidak ada gunanya. Aku melakukan
apa yang harus aku lakukan, dengan cara itulah harapan akan tumbuh. Sehingga aku
bisa menang sepanjang jalan. Jadi kue atau makanan kering?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar