Sabtu, 12 Desember 2015

Mommy (2014)

Resensi ini ditulis tepat setelah running text TVRI memberitakan satu pengendara Go-Jek ditusuk tukang parker di Kawasan Sunter Mall Jakarta atau persis setelah tadi siang Indonesia menyelesaikan hajat demokrasinya melalui Pilkada serentak.

Dengan alat peraga seadanya, tanpa perangkat lunak pengolah kata terbitan 1983 (Office Word) dan koneksi internet stabil. Mommy (2014) coba ditulis. Dirilis pada pertengahan September 2014, film garapan sutradara muda Kanada kelahiran 1989; Xavier Dolan-Tadros ini menuturkan kisah bagaimana ketangguhan seorang Ibu yang ditinggal mati suami (Diane Despres) membesarkan anak laki-laki (Steve Despres) pengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan perkembangan aktivitas motorik yang menyebabkan anak-anak berbuat tidak lazim, meletup-letup dan berlebihan.

Sebuah plot cerita sederhana sebenarnya yang bahkan membuat Wikipedia memberikan porsi lebih besar untuk bagian nominasi dan penghargaannya ketimbang bagian plot cerita itu sendiri. Prix du Jury Cannes 2014, Best Foreign Film Cesar Awards ke-40, Best Film Jutra Award ke-17 dan banyak penghargaan lain yang tidak saya tulis.

Sederet penghargaan yang mungkin tidak diketahui oleh Juru Parkir Sunter Mall itu justru anehnya secara ajaib membawa saya pada pengetahuan bahwa penyebab telak Pilkada serentak tahun ini tidak seganas Pilkada sebelumnya adalah dampak dari pemberlakuan Undang-Undang 8 Tahun 2015 dimana pada Pasal 65 ayat (2) UU Pilkada ini disebutkan bahwa "kampanye difasilitasi oleh KPU dan didanai oleh APBD," berbeda radikal dengan kampanye sebelumnya dimana dana kampanye didanai oleh pasangan calon. Meski sama sekali tak berpangaruh pada saya atau Xavier Dolan, namun pengalihan sumber dana kampanye ini membuat adanya batas modal yang menyebabkan tidak terpublikasinya pasangan calon atau tidak lagi -meminjam bahasa Goenawan Mohamad-  seperti monyet dalam iklan kartu XL.

Iklan memang selamanya menarik, setengah kebodohan dan penyebab hilangnya kefokusan pada Mommy (2014), tapi saya tak gentar, iklan yang membuat kita membeli barang yang tak kita butuhkan itu bisa saja bukan penyebab tunggal pengemudi Go-Jek mengalami luka tusuk dan sayat di paha sebelah kiri, tetapi iklan jelas bertanggung jawab pada perilaku Diane yang mengejek dirinya sendiri dengan mengucap "pakaianku seperti sarapan anjing."

Diane "Die" Despres (diperankan Anne Dorval), wanita dengan takdir sejuta masalah itu meski menggunakan lidahnya secara serampangan dan mengindahkan salah satu anjuran Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, Diane menjalani hidupnya sebagaimana seharusnya hidup.


Menjelang bagian akhir Mommy (2014), Diane berkata pada Kyla (diperankan Suzanne Clement), "… Kau tahu Kyla, aku mengirimnya kesana karena aku punya harapan. Aku penuh dengan harapan, paham? Dunia ini memang tidak memiliki ribuan harapan. Tapi aku ingin menganggap bahwa dunia ini penuh dengan orang yang penuh harapan setiap harinya. Sebaiknya begitu, karena orang yang penuh harapanlah yang bisa merubah sesuatu. Dunia yang penuh harapan dengan orang-orang tanpa harapan itu tidak ada gunanya. Aku melakukan apa yang harus aku lakukan, dengan cara itulah harapan akan tumbuh. Sehingga aku bisa menang sepanjang jalan. Jadi kue atau makanan kering?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar