Dari
total 17 epos yang telah saya nikmati, tak ada salahnya sama sekali saya pikir
jika permenungan itu dituliskan. Sengaja saya gunakan "epos" karena bagi saya
Walter "Walt" White (diperankan Bryan Cranston) adalah Pahlawan –dengan P
Kapital- keluarga tanpa harus dijangkarkan pada Undang-Undang mengenai Gelar,
Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (20/2009).
Oleh
sebab itu, Walt tak terikat pada "syarat umum" maupun "syarat khusus" sebagaimana disebut Pasal 24 UU 20/2009 yang terlampau mengawang-ngawang, tapi
Walt adalah bentuk lain dari Januminro Bunsal; Laki-laki dayak yang dengan
tenaga sendiri merestorasi hutan gambut sepetak demi sepetak, dengan kata lain
manusia-manusia yang menerima dengan enggan predikat pahlawan –dengan p kecil-.
Walt
besar kemungkinan juga tak pernah membaca Catatan Pinggir Goenawan Mohamad
berjudul Einstein yang diposting Tempo.co 21 Maret 2016 lalu, namun Walt saya
kira punya "pojok bual" nya sendiri yang tidak –atau belum- diperlihatkan Vince
Gilligan; si pembuat Breaking Bad.
Secara
sederhana, ide dasar dari Breaking Bad adalah perjuangan seorang guru kimia SMA
yang terdiagnosa kangker paru-paru (Walter "Walt" White) untuk menjamin masa
depan keuangan keluarganya dengan jalan memproduksi dan menjual kristal metamfetamin
atau met yang di Indonesia dikenal sebagai sabu-sabu, yang harus saya garis bawahi,
pentasbihan pahlawan untuk Walt dari saya bukan Walt sebagai aktor sabu (dengan
identitas Heisenberg), melainkan Walt sebagai seorang pejuang yang semangatnya
patut diteladani tapi tidak pada kemana semangat itu ditempatkan. Sebagai contoh
untuk membingungkan, Imam al-Ghazali ath-Thusi dikatakan masuk surga bukan
karena banyaknya karya-karya Tasawuf, Filsafat, Fiqih atau Logika yang ditulis namun
disebabkan ketika menulis karya-karya itu al-Ghazali berhenti menulis karena
membiarkan seekor lalat meminum tinta.
Saya
tak punya keinginan untuk meneladani Heisenberg, karenanya saya berhenti untuk
membincang sabu-sabu yang pertama kali dibuat Nagai Nagayoshi di Jepang tahun 1893,
perbincangan seksi Breaking Bad justru sebagian besar ada dirumah Walt. Konflik
keluarga adalah darah sekaligus daging.
Bagaimana
Skyler White (diperankan Anna Gunn) yang mengandung harus memikirkan beban tagihan
kemoterapi Walt yang sudah dibayar, kebohongan-kebohongan Walt, perilaku klepto
adik perempuannya, sampai ejekan masyarakat atas anak laki-lakinya yang cacat
adalah peristiwa-peristiwa yang begitu dekat, begitu mungkin terjadi dalam
sebuah kehidupan. Skyler mewartakan menyerah bukan termasuk pilihan.
Saya
akan ambil satu kasus, Skyler yang sedang mengandung merokok tiga setengah
batang. Jadi ada Acrolein, Karbon Monoxida, Nikotin, Ammonia, Formic Acid,
Formaldehyde, Tar, Methanol, Phenol lan koncone yang mlaku-mlaku dalam aliran
darah Skyler yang juga jadi satu-satunya sumber nutrisi serta oksigen bayi
dalam kandungannya.
Walt: "kau hamil, demi Tuhan"
Skyler: "tiga setengah rokok ...tak akan berpengaruh pada bayinya"
Walt: "tak akan, aku lega kau yakin Dokter"
Skyler; "tiga setengah, hanya itu. yang lain kubuang. Aku yakin kau senang mendengar ini,
ya aku merasa malu."
Walt: "Skyler, ini sangatlah... ini tak sepertimu, mengapa?"
Skyler: "benarkah? bagaimana kau tahu?"
"Bagaimana
kau tahu," ya bagaimana kau tahu maksud saya dan maksud perbincangan ini jika
tak menyaksikan peristiwa-peristiwa dalam Breaking Bad sebelumnya. Sebab peristiwa
tak pernah berdiri sendiri, sebab hidup dikontruksi 90% reaksi atas 10% aksi.
Demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar