Minggu, 15 Mei 2016

Her (2013)

"Manusia menubuh dengan alat-alat teknologi" kata Don Ihde yang mengaku dipengaruhi oleh Heidegger dan Merleau-Ponty. Saya tak tahu persis apakah Spike Jonze juga ikut terpengaruh oleh Filsuf Jerman dan Perancis itu, tapi Her menceritakan kisah asmara tak lazim antara Theodore Twombly (diperankan Joaquin Phoenix) dengan sistem operasi komputer bernama Samantha (suara Scarlett Johansson).

Ini sama sekali tak ada hubungannya dengan orang indo yang pada zaman Hindia-Belanda sangat menderita tapi sekarang laris manis membintangi sinetron, namun bentuk kegilaan lain yang diterima secara sosial adalah orang bisa memutuskan turut campur dalam urusan orang lain -meski tak saling mengenal- hanya sebab bersemangat mendengar kisah. Dan itu terjadi pada Isabella (Portia Doubleday) yang bersedia menjadi tubuh fisik Samantha agar mampu "bersenang-senang" dengan Theo.

"Telanjangi aku dan katakan kau mencintaiku" kata Samantha dengan peragaan canggung Isabella, Theo menjawab "Aku mencintaimu, tapi... ini terasa aneh."

Kesadaran Theo adalah sebentuk pengendalian emosi nyata atas yang nyata tapi tidak menubuh. Saya tidak gunakan maya sebab oleh Hubert Dreyfus dikatakan tidak tepat jika "yang maya" merupakan lawan dari "yang nyata," karena yang maya juga nyata dengan kehadiran yang tidak menubuh.

Meski Surat Filipi 3:21 memandang tubuh sebagai sesuatu yang hina, namun bagi Merleau-Ponty melalui tubuhlah manusia mempersepsi dunia. Sederhananya kita bisa mempersepsi torabika cappuccino, tong sampah atau Zlatan Ibrahimovic melalui tubuh dan karenanya kita mengada di dunia, jadi Samantha bisa dikatakan mengada hanya pada world wide web.

Sebab itu Theo mengalami situasi pengisoasian total dari diri dan lingkungannya sendiri. Situasi yang terjadi akibat duplikasi mengatasi keterbatasan relasi manusia. Saya tak mengatakan Instagram, Skype atau Facebook mengasingkan pemilik akunnya sendiri, tapi jejaring-jejaring sosial jika tak disiati tanpa disadari dapat menghilangkan identitas dasar manusia.

Disinilah Her menjadi satire bernas yang mengganggu dan karenanya saya kira tesis Don Ihde menjadi keliru, sebab Theodore justru kehilangan kemenubuhannya dengan alat-alat teknologi.

Maurice Marleau-Ponty, sekarang kamu ada ditangan yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar