"Manusia menubuh dengan alat-alat
teknologi" kata Don Ihde yang mengaku dipengaruhi oleh Heidegger
dan Merleau-Ponty. Saya tak tahu persis apakah Spike Jonze juga ikut
terpengaruh oleh Filsuf Jerman dan Perancis itu, tapi Her menceritakan kisah
asmara tak lazim antara Theodore Twombly (diperankan Joaquin Phoenix) dengan
sistem operasi komputer bernama Samantha (suara Scarlett Johansson).
Ini
sama sekali tak ada hubungannya dengan orang indo yang pada zaman Hindia-Belanda
sangat menderita tapi sekarang laris manis membintangi sinetron, namun bentuk
kegilaan lain yang diterima secara sosial adalah orang bisa memutuskan turut
campur dalam urusan orang lain -meski tak saling mengenal- hanya sebab
bersemangat mendengar kisah. Dan itu terjadi pada Isabella (Portia Doubleday)
yang bersedia menjadi tubuh fisik Samantha agar mampu "bersenang-senang" dengan
Theo.
"Telanjangi
aku dan katakan kau mencintaiku" kata Samantha dengan peragaan canggung
Isabella, Theo menjawab "Aku mencintaimu, tapi... ini terasa aneh."
Kesadaran
Theo adalah sebentuk pengendalian emosi nyata atas yang nyata tapi tidak
menubuh. Saya tidak gunakan maya sebab oleh Hubert Dreyfus dikatakan tidak
tepat jika "yang maya" merupakan lawan dari "yang nyata," karena yang maya juga
nyata dengan kehadiran yang tidak menubuh.
Meski
Surat Filipi 3:21 memandang tubuh sebagai sesuatu yang hina, namun bagi Merleau-Ponty
melalui tubuhlah manusia mempersepsi dunia. Sederhananya kita bisa mempersepsi
torabika cappuccino, tong sampah atau Zlatan Ibrahimovic melalui tubuh dan
karenanya kita mengada di dunia, jadi Samantha bisa dikatakan mengada hanya
pada world wide web.
Sebab
itu Theo mengalami situasi pengisoasian total dari diri dan lingkungannya sendiri.
Situasi yang terjadi akibat duplikasi mengatasi keterbatasan relasi manusia.
Saya tak mengatakan Instagram, Skype atau Facebook mengasingkan pemilik akunnya
sendiri, tapi jejaring-jejaring sosial jika tak disiati tanpa disadari dapat
menghilangkan identitas dasar manusia.
Disinilah
Her menjadi satire bernas yang mengganggu dan karenanya saya kira tesis Don
Ihde menjadi keliru, sebab Theodore justru kehilangan kemenubuhannya dengan
alat-alat teknologi.
Maurice Marleau-Ponty, sekarang kamu ada ditangan yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar