Bukan
di sebuah meja Cocobolo, di setelan
jas Jep Gambardella, atau bahkan mungkin diatas kapal perang, tapi percakapan
dengan hulu ledak acapkali terkokang pada bar dan aspal dimana kebenaran
seperti puisi dan kebanyakan orang tidak menyukai puisi. Satu sabda diantara
sekian sabda Adam McKay dalam The Big Short (2015) yang diangkat dari buku non-fiksi
sosiolog Michael Lewis terbitan 15 Maret 2010.
Dengan
garang, McKay menampilkan Mark Baum (diperankan Steve Carell), Ben Rickert
(Brad Pitt) serta Michael Burry (Christian Bale) sebagai sosok-sosok yang
harusnya punya hak penuh mengatakan "sudah aku bilang kan" pada siapapun ketika
krisis Kredit Perumahan Rakyat mengguncang ekonomi Amerika dan lantas Dunia
pada 2007-2008 lalu.
Saya
yang tak hidup di Amerika dan tak memahami mortgage-backed
securities, collateralized debt obligations, atau singliyone tertegun
menyaksikan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) mempunyai dampak serupa dengan Schutzstaffel (SS) Nazi Heinrich
Himmler. Perbedaannya, jika SS dibagi dalam sayap politis Allgemeine dan sayap militer Waffen,
maka KPR yang menggiring sistemik kearah Kredit Tanpa Agunan (KTA) terbagi
kedalam sistem anuitas yang membuat pembayaran bunga lebih besar daripada pokok
utang, pembebanan pada debitur biaya notaris yang dipilih bank, hingga
penjelasan klausul kontrak yang dilakukan saat akad kredit bukan saat penawaran
kredit.
Tentu
saja Lewis juga Mckay saya kira tak membaca hasil Rakornas MUI 2003 yang
memutuskan semua transaksi yang berjalan
atas dasar sistem bunga, sudah memenuhi unsur-unsur riba yang diharamkan.
Namun The Big Short (2015) yang menuturkan bagaimana dunia perbankan bekerja
tampak berkelindan dengan hasil rakornas itu meski dalam domain yang berlainan.
Samuel
Langhorne Clemens yang lebih dikenal dengan nama pena Mark Twain menulis "bukan yang tak kau ketahui yang membuatmu
dalam kesulitan, namun yang tak kau ketahui pastilah yang membuatmu dalam
kesulitan."
Demikian.